BR. SUWUNG BATAN KENDAL

GANDRUNG


Dulu, gandrung Batan Kendal sempat ngelawang ke sejumlah tempat di sekitarnya. Gandrung, kata seniman Kadek Suartaya, sesungguhnya sudah hadir sejak zaman feodal, ratusan tahun silam. Sementara mantri kesehatan Dr. Yacob dari Belanda, menemukan kesenian itu di Bali sekitar tahun 1881. Sementara gandrung juga berkembang di Lombok dan Jatim. Sementara di Bali, gandrung terdapat di Nusa Penida, Sukawati Gianyar, Ketapian dan Suwung Batan Kendal (Denpasar). Gandrung merupakan seni pergaulan yang dibawakan oleh kaum laki-laki. Kenapa laki-laki? Karena perempuan pada waktu itu tak memiliki kesempatan untuk tampil sebagai penari. Tak hanya gandrung yang penarinya laki-laki, kesenian lain seperti arja, legong, gambuh juga diperankan kaum adam. Penari gandrung umumnya mampu tampil gemah-gemulai seperti wanita. Oleh sebab itu, banyak kaum laki-laki jatuh cinta pada gandrung. Gandrung sesuai dengan padanan katanya senang atau suka. Kesenian ini merupakan tarian sukaria. Di Bali, tarian gandrung diiringi gamelan rindik. Setelah gandrung, baru kemudian muncul kesenian joged, yang sakral disebut joged pingitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar